Realitas Media dalam Masyarakat

Dalam proses komunikasi, kita mengenal sebuah proses pertukaran pesan dan informasi. Dimana, dua atau lebih sumber informasi akan saling berkolaborasi demi menemukan kesepahaman akan realita yang sedang ditransferkan tersebut. Dalam proses ini, ada tiga bagian besar yang harus dipahami secara umum, yaitu bahwa proses komunikasi mengalami tahapan encoding-interpreting-decoding. Tiga bagian ini merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam memahami proses komunikasi yang sedang berlangsung.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, proses tersebut dapat dipahami sebagai proses transfer informasi dari sumber dan diterima oleh objek dengan pemahaman/pengartian tertentu. Informasi yang diterima komunikan biasanya tidak persis seperti apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh komunikator. Hal tersebut sangat bergantung dengan “kapabilitas kemanusiaan” komunikator dan komunikan. Maksudnya adalah tingkat pemahaman seseorang untuk bisa menerima pesan sangat dipengaruhi banyak faktor, begitu juga dengan kemampuan seseorang untuk menyampaikan maksud tertentu kepada seseorang. Di antara faktor yang mempengaruhi “kapabilitas kemanusiaan” tersebut adalah tingkat pendidikan, pengalaman, ilmu, lingkungan social, ideologi dan budaya. Perbedaan-perbedaan tersebut menentukan pemahaman akan pesan atau informasi yang sedang mengalir.

Dalam dunia jurnalistik, terdapat sebuah realitas parsial dalam realitas yang lebih kompleks, yaitu realitas media. Hal ini dapat dipahami sebagai sebuah bentuk independensi pemberitaan sesuai dengan “core” yang dikelola oleh media tertentu. Faktor-faktor internal (wartawan) dan eksternal (misalnya kepentingan redaksi) mempengaruhi berita jadi yang diedarkan oleh media.

Kapasitas intelektualitas wartawan sangat menentukan bobot dan isi dari pemberitaan yang diedarkan. Ini berkaitan dengan adanya realitas empirik yang tertangkap atau tidak tertangkap oleh wartawan. Realitas empirik ini banyak dan sebenarya eksis serta nyata dalam kejadian tertentu, namun subjektifitas sudut pandang wartawan menjadikan realitas empirik ini tidak dapat terangkum semua. Atau, kalaupun dapat terangkum, akan ada mekanisme penyortiran berita oleh pihak wartawan sendiri atau oleh redaktur yang berkaitan.

Tidak ada yang benar-benar salah atau benar- benar benar dalam pemberitaan media, karena media menggunakan sudut pandang tertentu yang dipengaruhi oleh sisi-sisi historis media tersebut. Kode etik jurnalistik sebagai landasan tata cara penyampaian media saat ini memang mengalami posisi dilematis, dimana ketidakberpihakan media terhadap sebuah hal aka dimaknai sebagai keberpihakan kepada pihak yang lain. Namun, ini tetaplah harus dijadikan acuan bagi wartawan khususnya untuk membuat pemberitaan yang edukatif kepada masyarakat awam.

Kembali ke realitas media, masyarakat umum akan menganggaap realitas media sebagai realitas empirik. Hal ini terjadi karena fungsi media memang membuat pemberitaan dengan sebenar-benarnya pemberitaan, walau didapati sudut pandang medialah yang menentukan realitas yang media buat untuk disampaikan kepada masyarakat. Masyarakat yang sebatas memahami relitas media sebagai realitas empirik akan terkooptasi pemahamannya akan sebuah realitas berdasarkan konsumsi media yang dipakai.

Oleh karenanya, seseorang harus memiliki pemahaman yang integral terkait dengan pemberitaan yang disampaikan oleh media, sehingga dia dapat memahami realitas empirik yang sebenarya. Kemampuan ini memang bukanlah sesuatu yang mutlak dipunyai, tetapi memilikinya akan memberi kelebihan untuk memahami realitas social yang sebenarnya. Media-pun dalam hal ini seharusnya memberikan realitas media yang memiliki jarak terdekat dengan realitas empirik yang ada di lapangan.

2 Responses to Realitas Media dalam Masyarakat

  1. sha berkata:

    hmmm, saia baru saja kuliaa di blog. . . .

  2. aRuL berkata:

    hmm.. sepertinya wajah jurnalisme modern seperti ini.
    seperti sudah terpengaruh sama opini pribadi ketimbang fakta, yah seperti itulah sama2 ingin mencari berita dan mencari sensasi dari berita itu.

Tinggalkan komentar