“Menua bersama waktu tapi jangan lapuk karena usia….”
Sebuah pesan dari seorang kakak pada hari dimana dalam hitungan penanggalan Masehi, umurku telah genap 22 tahun. Hufh…. Waktu berjalan begitu cepat, sampai tak terasa, kesempatanku hidup di dunia telah terlampaui sekian banyak m
asa.
Aku bertanya, dalam kontemplasi dan refleksi atas berkurangnya jatah waktuku menghirup oksigen –seperti satu tahun yang lalu- “Apakah aku telah cukup berbekal untuk menghadap Sang Khalik saat waktu yang tak tahu kapan datangnya itu menghampiri dengan Malakul Maut sebagai perantara terpisahnya roh dari jasadku?” Kadang membuat bulu kuduk dan wajahku tak teratur… Kadang, membuatku bersemangat untuk melakukan banyak kemanfaatan sebelum aku meninggalkan dunia yang fana…
Sebuah anugrah ternyata, saat sisi melankolis menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Aku berpikir akan sesuatu yang memang semestinya harus aku pikirkan. Dan saat aku menulis ini pun, pikiran itu hampir liar menelisik tiap sudut kehidupan yang bahkan tak pernah aku alami sendiri.
Masih ada waktu. Yap, optimisme untuk melakukan yang terbaik dalam hidup sebelum tua menggerogoti atau ajal menyudahi. Masih ada kesempatan. Bagi kita semua. Saat kita masih memiliki fisik dan jiwa yang sehat. Lalu, apa lagi yang kita tunggu Kawan?
Rekonstruksi hidup harus dijalankan, dengan atau tanpa dukungan dari seorangpun, karena kita harus percaya, hanya kita, dengan ijinNya yang bisa merubah kondisi kita sendiri. Tak peduli akan cemooh dan kontradiksi individu, yang jelas, ijtihad ini harus dituntaskan sampai maksimal, setidaknya sampai aku terjatuh dan tak kan mungkin bisa bangun lagi.
Dengan semangat itu, rekonstruksi Indonesia pun (yang saat ini berusia 65 tahun) akan terjadi. Memberikan nafas-nafas kemerdekaan yang hakiki yang kan melambungkan semua potensi. Dengan semangat itu, usia yang semakin bertambah, baru akan bisa dinikmati dengan kerja keras dan usaha maksimal. Dengan semangat itu, kita pasti bisa menjadi bagian dari orang-orang menyejarah yang telah menorehkan prestasi, tentunya dengan tanpa berpangku tangan, tetapi dengan perjuangan….