Renungan “kurang” Usia

Agustus 17, 2010

“Menua bersama waktu tapi jangan lapuk karena usia….”

Sebuah pesan dari seorang kakak pada hari dimana dalam hitungan penanggalan Masehi, umurku telah genap 22 tahun. Hufh…. Waktu berjalan begitu cepat, sampai tak terasa, kesempatanku hidup di dunia telah terlampaui sekian banyak m

asa.

Aku bertanya, dalam kontemplasi dan refleksi  atas berkurangnya jatah waktuku menghirup oksigen –seperti satu tahun yang lalu- “Apakah aku telah cukup berbekal untuk menghadap Sang Khalik saat waktu yang tak tahu kapan datangnya itu menghampiri dengan Malakul Maut sebagai perantara terpisahnya roh dari jasadku?” Kadang membuat bulu kuduk dan wajahku tak teratur… Kadang, membuatku bersemangat untuk melakukan banyak kemanfaatan sebelum aku meninggalkan dunia yang fana…

Sebuah anugrah ternyata, saat sisi melankolis menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Aku berpikir akan sesuatu yang memang semestinya harus aku pikirkan. Dan saat aku menulis ini pun, pikiran itu hampir liar menelisik tiap sudut kehidupan yang bahkan tak pernah aku alami sendiri.

Masih ada waktu. Yap, optimisme untuk melakukan yang terbaik dalam hidup sebelum tua menggerogoti atau ajal menyudahi. Masih ada kesempatan. Bagi kita semua. Saat kita masih memiliki fisik dan jiwa yang sehat. Lalu, apa lagi yang kita tunggu Kawan?

Rekonstruksi hidup harus dijalankan, dengan atau tanpa dukungan dari seorangpun, karena kita harus percaya, hanya kita, dengan ijinNya yang bisa merubah kondisi kita sendiri. Tak peduli akan cemooh dan kontradiksi individu, yang jelas, ijtihad ini harus dituntaskan sampai maksimal, setidaknya sampai aku terjatuh dan tak kan mungkin bisa bangun lagi.

Dengan semangat itu, rekonstruksi Indonesia pun (yang saat ini berusia 65 tahun) akan terjadi. Memberikan nafas-nafas kemerdekaan yang hakiki yang kan melambungkan semua potensi. Dengan semangat itu, usia yang semakin bertambah, baru akan bisa dinikmati dengan kerja keras dan usaha maksimal. Dengan semangat itu, kita pasti bisa menjadi bagian dari orang-orang menyejarah yang telah menorehkan prestasi, tentunya dengan tanpa berpangku tangan, tetapi dengan perjuangan….

Iklan

Entahlah

Januari 26, 2010

Waktu berputar, lalu sekarang tiba-tiba aku sudah di sini, dalam keadaan ini. Dalam masa penantian yang entah akan sampai kapan aku jalani.
Dulu sempat kusesali, namun sekarang, aku menjadi semakin yakin bahwa semua ini adalah skenario terbaik dariNya untukku. Bayangpun jika aku harus mendapat “alur hidup” sesuai dengan proyeksi manusia-manusia lain di sekitarku, aku pasti tak kan sembuh dari bronchitis yang menggerogoti paru-paruku. Atau aku tak kan bisa mengerjakan tugas-tugas kuliahku secara lebih fokus. Atau aku tak akan pernah bertemu dan berproses bersama kakak-kakak yang luar biasa. Semua hanya karena Dia lebih memahami hidupku, bahakan dibandingkan aku yang lemah ini.
Namun kadang, aku rindu masa-masa itu, saat semangatku berapi-api, bahkan karenanya aku terbakar sendiri…hahahahaha. Lucu mengingatnya sebagai bagian dari perjalanan sejarah diri. Aku rindu saat idealismeku harus beradu dengan idealisme lain atau bertempur melawan realita kultural, bahwa Solo adalah tempat yang stagnan (menurutku), yang tabu akan perubahan.
Sekarang, aku telah memahami, hidup adalah jalan panjang menuju tujuan akhir yang kadang tidak kita pahami. Jalani, dan semua akan berakhir dengan indah pada saat yang tepat nanti…..


Nothing…but Maybe Important…..

Juli 30, 2009

Semua yang terjadi akan menjadi pelajaran berharga bagi perjalanan masa depan kita di depan. Hal tersebut dapat terjadi jika kita mau menjadi orang yang menghargai sejarah. Sukarno pernah mengatakan “JAS MERAH, Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Yah, orang yang mau belajar dari sejarah akan lebih arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan se-tidak penting apapun keputusan itu, apalagi keputusan yang bersifat penting dan berkaitan langsung dengan orang banyak atau publik.
Dalam kitab Suci Al Qur’an, banyak diceritakan sejarah masa lalu, baik berupa kekafiran umat yang akhirnya mendapat adzab ataukah keshalihan seorang Rosul, Nabi, dan orang-orang beriman beserta balasan atas amal sholeh mereka. Hal ini menegaskan, bahwa kita sama sekali tidak bisa melupakan begitu saja sejarah. Tidak dalam konteks mengutuk kekalahan Perang Uhud dan mengagungkan Perang Khandak, tetapi belajar nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut sehingga lebih “calm down” dalam bersikap terhadap sebuah realita dan fenomena, alias tidak menjadi orang-orang yang reksioner.
Saya ingat, ketika kecil, waktu masih biasa menggunakan buku merk SIDU (Sinar Dunia)—–(tidak bermaksud promosi), terdapat tulisan “Experience is the best teacher”. Semoga kita mau belajar dari sejarah. maka, marilah belajar tentang SEJARAH…..

(tulisan ini juga pernah diposting di catatan FB pada 23 Juli 2009 jam 10:33)


Pe-mimpi=n

Maret 23, 2009

Apa itu pemimpin? Dalam bahasa sederhana(karena tulisan ini memang bukan tulisan ilmiah) adalah ibarat kepala dari keseluruhan tubuh. Dimana, dia adalah faktor vital dalam keberlangsungan dan keberjalanan apa yang dipimpinnya. Pemimpin, bukan sekedar PEMIMPI, tetapi ia akan lahir dari MIMPI besar seseorang.

Dalam konteks keberagaman latar belakang manusia dalam sebuah entitas tertentu, peranan pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi entitas. Dapat dipahami, sebagai bagian vital, pemimpin akan mengahadapi banyak hal secara langsung dalam kehidupan ini. Dalam bahasa kasarnya, dia adalah ‘tumbal’ dari segala masalah. Atau mungkin kita akan mengatakan bahwa hakikat pemimpin adalah ‘kacung’ dari yang dipimpinnya. Sebagai pelayan, yah itulah pemimpin seharusnya.

Namun, dalam kenyataan di lapangan, banyak pemimpin yang tidak memakai falsafak ‘kepemimpinan adalah amanah’, sehingga sikap kediktatoran menjadi ciri utama yang akhirnya melahirkan kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Banyak pemimpin sok tahu, sok suci, sok paham, padahal TIDAK tahu, TIDAK suci dan TIDAK paham. Nah, masalah-masalah seperti ini (ego pemimpin) akan menyebabkan ketidakharmonisan.

Ah, alangkah indah jika kita punya pemimpin yang terbuka, tidak SOK (apapun itu lanjutannya) dan mau melaksanakan falsafah kepemimpinan sebagai amanah yang dip[impin itu/

KITA SEMUA AKAN RINDU HAL ITU…………….


Kontroversi Pengesahan UU BHP

Desember 23, 2008

Rabu (17/12) yang lalu, setelah sekian lama terjadi pembahasan, akhirnya Rancangan Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan disahkan dalam sidang paripurna DPR yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar. Peristiwa tersebut tentunya memberikan sejarah baru dalam “percobaan” format pendidikan di Indonesia. Baca entri selengkapnya »