Di dunia ini, banyak hal ngawur yang ternyata memiliki pengikut ajaran yang tidak sedikit. Penyebab utama ke-ngawur-an tersebut adalah tidak adanya landasan yang kuat dalam melakukan aktivitas tersebut. Kadang, atau bahkan sering kali justifikasi yang digunakan adalah “Kata kiai ini…” atau “kata Pendeta ini…” Walau memang, kita bisa belajar dari orang lain (dan itu bagus), tetapi mencari rujukan utama setelah kita mendapatkan ilmu dari orang lain adalah sesuatu yang mutlak kita lakukan agar kita tak menjadi “Pengikut Orang Bodoh”.
Saudara, manusia itu terbatas. Dan memang begitu takdirnya. Keterbatasan adalah anugerah. Karena dengan keterbatasan itu manusia bisa berdinamika, membutuhkan orang lain; tidak egois dalam hidup ini. Perbedaan yang ada dalam kapasitas individu jangan digunakan sebagai legitimasi pelepasan kesalahan, karena tiap manusia memiliki kadar yang berbeda dalam sega aspeknya.
Keterbatasan yang diberikan Tuhan kepada kita memberikan kita sedikit kompensasi, keringanan-keringanan dariNya. hal ini harus disyukuri, dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan. Kita tak sedang hidup sendiri, dengan cara kita sendiri di dunia ini; karena kita tak akan pernah mampu sendiri. Jangan sombong karena merasa paling bisa. Pepatah Jawa, “Ojo rumongso bisa, ning bisoo rumongso” agaknya harus diperhatikan ulang, karena akhir-akhir ini makin banyak orang yang merasa mampu, tetapi ternyata tak mampu melakukan sesuatu (mungkin juga saya).
Semoga apa yang kita pilih dalam hidup ini membawa dampak positif bagi kita dan orang lain…
*edisi refleksi dan pengambilan sikap