Twenty One Years Old

Agustus 15, 2009

Tidak banyak yang berubah pasca aku memahami semua ini. Hanya sebatas “pengertian” dan sedikit kebijaksanaan untuk tidak berbuat nekat dalam bertindak. Sayangnya, hal itu belumlah cukup membawa perbaikan atas sebuah kondisi yang aku pahami sebagai kondisi “jumud” ini.

Apa yang terngiang di kepala orang-orang ketika mereka tahu bahwa ternyata aku mengetahui apa yang tidak mereka ketahui??? Marahkah? Kesal? Bangga? Member apresiasi? Atau apa? Aku sekarang tidak mempedulikan itu lagi. Seorang mas memberiku nasehat,”Ketika orang-orang itu memberitakan sesuatu yang tidak benar atas dirimu, maka ‘mbudegi’ dan ‘miceki’lah.” Arti mbidegi adalah bersikap seolah-olah tidak mendengar,sedangkan miceki adalah bersikap seolah-olah tidak melihat.

Konteks kejadian yang berlalu dalam tempo sekitar satu tahun ini member gambaran semu akan ketidak tahuan, apakah akan terlewati denngan lancar, ataukah akan berubah haluan (lagi)? Yang jelas, pengembaraan hidup tanpa henti ini hanya memakai salah satu petuah bijak yang aku lupa siapa yang menyampaikannya,”Suatu saat nanti, saat kita sudah tua, kita akan banyak menyesal. Tetapi, kita menyesal bukan karena banyaknya kegagalan yang kita lalui, kita akan menyesal karena kita tidak melakukan banyak hal dalam hidup ini.”

Masih diberikan kesempatan waktu sampai nafas ini beredar selama dua puluh satu tahun,Alhamdulillah, entah berapa waktu lagi tersisa menghirup oksigen gratis di bumi ini. Semoga sisa umur ini akan lebih mendewasakan diri dalam menghadapi kerasnya hidup di depan nanti.

Iklan