Kesalahan

Oktober 31, 2008

Apa yang Anda pikirkan, saat melakukan kesalahan?

Apakah berusaha menutupi?

Atau mengakui?

Dari lubuk hati, akan terungkap pemaknaan khas nurani yang tak akan pernah bisa berbohong. Menjengkelkan, ketika kita justru tidak hidup sebagi manusia seutuhnya, dimana nurani membedakan kita (manusia) dengan makhluk lainnya. Ada perasaan mendalam yang susah diungkapkan lewat kata-kata begitu kesalahan itu terjadi. Lalu, apakah karena itu lalu kita tidak melakukan apa-apa karena tidak bisa mengatakan apa yang sedang kita rasakan? Ah, naif sekali manusia, ketika merasa tetapi tak bisa mengungkapkan. Lalu, yang timbul adalah prasangka-prasangka. Lebih parah akan menjadi fitnah.

Saudaraku, ke-MANUSIA-an akan tegak, manakala nurani ini terimplementasi secara jujur, tidak dibunuh atau disimpan sementara. Ia yang akan me-nerangkan hakikat manusia yang pada dasarnya adalah makhluk mulia.

Mohon maaf, itulah ungkapan untuk menyatakan penyesalan atas ketidak bisa-an kita menyampaikan uneg-uneg yang begitu sulit terdefinisikan dalam hati. Mohon maaf, dan semua hati yang terpaut akan memaklumkan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Menyadari sepenuh hati dan jiwa bahwa manusia terbaik adalah yang segera memperbaiki kesalahannya.

Maka, aku sampaikan maafku untuk kalian semua yang telah banyak aku buat …. (etahlah, ungkapan apa yang tepat untuk menyatakan semua kebisingan jiwaku ini). Aku minta maaf. Lahir batin. Aku akan menunggu peng-kabulan permohonan maafku itu, dan semoga perbaikan itu segera terjadi……

Iklan

Selangkah

Oktober 21, 2008

Selangkah, setapak kemudian berkelanjutan sampai menghasilkan jarak…

Mendaki ke atas dan akhirnya kita akan sampai di puncak…

Hanya saja, langkah pertama terasa begitu jauh…

Hanya saja, dakian pertama terasa begitu berat…

Namun, itu akan menjadi awal dari akhir yang hebat…

Seringkali, kita merasa asing dan takut untuk memulai sesuatu yang baru dalam hidup kita. Kita takut sebelum mencoba untuk memulai. Padahal, hal baru itu biasanya lebih menarik dari apa yang sudah berstatus “lama”. Sepatu baru, tas baru, HP baru, semua itu adalah “ke-baru-an” yang sudah lama. Terlalu biasa kita mendapatkan wujud materi baru dalam hidup.

Dalam banyak buku motivasi, disebutkan bahwa kebanyakan manusia selalu menginginkan untuk berada dalam “zona nyaman”. Padahal, banyak tokoh besar yang dilahirkan dari sebuah revolusi hidupnya dengan keluar dari “zona nyaman”. Lihatlah Muhammad SAW. Beliau tidak mau menerima tawaran kafir Quraisy untuk meninggalkan dakwah Islam dengan iming-iming harta, tahta dan wanita. Bahkan beliau menjawab dengan lantang, “Andaikan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, niscaya aku tidak akan meninggalkan dakwah ini.” (kira-kira begitu intinya). Coba, bayangkan kalau Muhammad menerima tawaran itu, pasti Islam tidak akan berkembang di dunia ini.

Contoh lain adalah Mahatma Gandhi di India. Dalam sejarah kehidupannya, dia tidak pernah mengenyam kemakmuran (bedakan dengan kesejahteraan ya?). Samapi meninggalpun, dirinya secara materi hanya meninggalkan alat makan saja. (kalau tidak salah, hehe)

Banyak contoh……………….

Nah, pertanyaanya adalah, apakah kita cukup berani melawan arus materialisme yang menganggap bahwa harta, tahta dan wanita adalahsegalanya?

Maksudnya apa?

Ya berarti kita hidup pada jalur tertentu yang “tidak sama” dengan orang “biasa”.

Semoga beruntung……………..


Realitas Media dalam Masyarakat

Oktober 10, 2008

Dalam proses komunikasi, kita mengenal sebuah proses pertukaran pesan dan informasi. Dimana, dua atau lebih sumber informasi akan saling berkolaborasi demi menemukan kesepahaman akan realita yang sedang ditransferkan tersebut. Dalam proses ini, ada tiga bagian besar yang harus dipahami secara umum, yaitu bahwa proses komunikasi mengalami tahapan encoding-interpreting-decoding. Tiga bagian ini merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam memahami proses komunikasi yang sedang berlangsung. Baca entri selengkapnya »