Rahasia

November 4, 2015

Tak semua hal bisa dilihat, didengar dan dirasakan. Tetapi semua hal adalah sesuatu yang ada bukan karena kebetulan.

Anda, saya dan manusia lainnya mungkin ingin mengetahui semua hal. Tapi tidak bisa. Yang bisa hanyalah Yang Maha Tahu.

Anda, saya dan manusia lainnya mungkin ingin selalu dikenal. Tapi kadang, kita semakin terpuruk.

Lalu, mengapa semua itu terjadi dalam hidup ini? Mengapa ada tangis dan tawa dalam hari-hari yang dilalui manusia?

Entahlah, mungkin, semua adalah rahasia kehidupan. Rahasia yang tak akan terungkap sampai manusia memahami eksistensi dan esensinya hidup di dunia ini…

Iklan

Karena Kita Manusia

November 2, 2011

Di dunia ini, banyak hal ngawur yang ternyata memiliki pengikut ajaran yang tidak sedikit. Penyebab utama ke-ngawur-an tersebut adalah tidak adanya landasan yang kuat dalam melakukan aktivitas tersebut. Kadang, atau bahkan sering kali justifikasi yang digunakan adalah “Kata kiai ini…” atau “kata Pendeta ini…” Walau memang, kita bisa belajar dari orang lain (dan itu bagus), tetapi mencari rujukan utama setelah kita mendapatkan ilmu dari orang lain adalah sesuatu yang mutlak kita lakukan agar kita tak menjadi “Pengikut Orang Bodoh”.

Saudara, manusia itu terbatas. Dan memang begitu takdirnya. Keterbatasan adalah anugerah. Karena dengan keterbatasan itu manusia bisa berdinamika, membutuhkan orang lain; tidak egois dalam hidup ini. Perbedaan yang ada dalam kapasitas individu jangan digunakan sebagai legitimasi pelepasan kesalahan, karena tiap manusia memiliki kadar yang berbeda dalam sega aspeknya.

Keterbatasan yang diberikan Tuhan kepada kita memberikan kita sedikit kompensasi, keringanan-keringanan dariNya. hal ini harus disyukuri, dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan. Kita tak sedang hidup sendiri, dengan cara kita sendiri di dunia ini; karena kita tak akan pernah mampu sendiri. Jangan sombong karena merasa paling bisa. Pepatah Jawa, “Ojo rumongso bisa, ning bisoo rumongso” agaknya harus diperhatikan ulang, karena akhir-akhir ini makin banyak orang yang merasa mampu, tetapi ternyata tak mampu melakukan sesuatu (mungkin juga saya).

Semoga apa yang kita pilih dalam hidup ini membawa dampak positif bagi kita dan orang lain…

 

*edisi refleksi dan pengambilan sikap


Rumit

Agustus 11, 2010

“Kalau saja hidup ini mudah, maka tak kan ada yang kan menjadi pemenang.”

Status itu aku tulis di FB beberapa waktu yang lalu, setelah mengalami (lagi-lagi) masa perenungan yang panjang. (hufh, dasar melankolis). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hidup ini semakin lama semakin “memberatkan”, terutama segala yang berhubungan dengan konteks keduniaan. Baca entri selengkapnya »


“Konflik” dalam Aplikasi

Juli 30, 2009

Bermula dari sebuah pemahaman, maka apapun yang kita lakukan akan memberikan makna yang mungkin tidak dapat dipahami secara parsial. Pengertian tersebut tentu memiliki kaitan dengan adanya sebuah fenomena yang kadang disikapi secara tidak dewasa. Yah, pembahasan tentang konflik seringkali hanya berujung pada peng-kambing hitam-an salah satu atau beberapa pihak. Secara alamiah, seseorang akan mencari pembenaran atas tindakannya melalui jalan menyalahkan pihak lain. Secara psikologis, mekanisme ini dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis individu agar tidak “meledak”. Sayangnya, pemahaman tentang konflik ini seringkali tidak diimbangi dengan kekuatan psikologis sehingga terdapat beberapa pihak yang dirugikan walaupun sebenarnya secara substantif mereka tidak berhak mendapat status “bersalah”.

Adalah Ralp Dahrendorf, seorang ahli sosiologi yang mencetuskan Teori Konflik. Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang di tandai pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya. Teori ini menilai bahwa keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya pemaksaan /tekanan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep teori ini adalah wewenang dan posisi. Keduanya merupakan fakta sosial.

Dahrendorf berpendapat bahwa konsep-konsep seperti kepentingan nyata dan kepentingan laten,kelompok kepentingan dan kelompok semu, posisi dan wewenang merupakan unsur-unsur dasar untuk dapat menerangkan bentuk-bentuk dari konflik.

Sementara itu Berghe mengemukakan empat fungsi dari konflik yaitu :

1.Sebagai alat untuk memelihara solidaritas.

2.Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.

3.Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.

4.Fungsi komunikasi,sebelum konflik kelompok tertentu mungkin tidak mengetahui posisi lawan.Tapi dengan adanya konflik,posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih jelas.

Jadi, segenting apapun keadaan, jika kita dapat melihat hal tersebut dari berbagai sisi, niscaya kita akan mendapatkan hikmah-hikmah di belakang kejadian. Tentu, kemampuan analisis SWOT untuk menentukan kondisi ini juga harus terus diasah agar kita tidak menjadi orang yang “grusah-grusuh” dalam menyikapi persoalan.


Pe-mimpi=n

Maret 23, 2009

Apa itu pemimpin? Dalam bahasa sederhana(karena tulisan ini memang bukan tulisan ilmiah) adalah ibarat kepala dari keseluruhan tubuh. Dimana, dia adalah faktor vital dalam keberlangsungan dan keberjalanan apa yang dipimpinnya. Pemimpin, bukan sekedar PEMIMPI, tetapi ia akan lahir dari MIMPI besar seseorang.

Dalam konteks keberagaman latar belakang manusia dalam sebuah entitas tertentu, peranan pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi entitas. Dapat dipahami, sebagai bagian vital, pemimpin akan mengahadapi banyak hal secara langsung dalam kehidupan ini. Dalam bahasa kasarnya, dia adalah ‘tumbal’ dari segala masalah. Atau mungkin kita akan mengatakan bahwa hakikat pemimpin adalah ‘kacung’ dari yang dipimpinnya. Sebagai pelayan, yah itulah pemimpin seharusnya.

Namun, dalam kenyataan di lapangan, banyak pemimpin yang tidak memakai falsafak ‘kepemimpinan adalah amanah’, sehingga sikap kediktatoran menjadi ciri utama yang akhirnya melahirkan kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Banyak pemimpin sok tahu, sok suci, sok paham, padahal TIDAK tahu, TIDAK suci dan TIDAK paham. Nah, masalah-masalah seperti ini (ego pemimpin) akan menyebabkan ketidakharmonisan.

Ah, alangkah indah jika kita punya pemimpin yang terbuka, tidak SOK (apapun itu lanjutannya) dan mau melaksanakan falsafah kepemimpinan sebagai amanah yang dip[impin itu/

KITA SEMUA AKAN RINDU HAL ITU…………….